Pada awal tahun 2011 ini produksi beras sangat menurun, hal ini diakibatkan oleh penundaan tanam padi akibat lamanya musim kemarau dan kering. Oleh karena itu penurunan produksi pada beras mempengaruhi kenaikan harga beras, sehingga masyarakat dan petani pun ikut turut serta menanggung dampak tersebut.
Kepala BPS tersebut mengatakan, tidak terealisasinya kebijakan pangan turut menyebabkan penurunan produksi beras. Menurut dia, kebijakan hingga koordinasi dalam kebijakan pangan, khususnya beras, bagus namun ada kendala dalam aplikasi di lapangan yang kurang solid. "Misalnya benih, ketika petani perlu, benihnya belum ada. Pupuk (juga begitu)," sebut dia.
Oleh sebab itu, Kementerian Pertanian (Kementan) akan melakukan tekanan baru kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab atas penyediaan bibit, pupuk, dan lainnya. Untuk membantu dan mempermudah para petani dalam bercocok tanam.
Salah satu kasus yang diakibatkan oleh penurunan produksi beras adalah Para peternak unggas, yang menggunakan bekatul untuk pakan ternak-ternaknya. Bekatul adalah limbah yang dihasilkan pada saat memproduksi padi menjadi beras. Untuk saat ini bila harga Beras naik harga bekatul pun ikut naik , hal ini cukup mempersulit para peternak. Karena kenaikan harga beras akan mempengaruhi kenaikan harga gabah. Dengan produksi padi yang saat ini hanya 66 jt ton/tahun gabah kering dihasilkan 99 jt ton bekatul, dengan asumsi tiap 100 kilo gabah kering akan menghasilkan 15 % bekatul.
Untuk mengatasi tingkat penurunan yang sangat signifikan ini, Kementerian Pertanian memasang target produksi beras tahun 2012 mencapai 70-72 juta ton. Hal ini diharapkan dapat membantu dan menstabilkan produksi dan harga beras agar tidak menjadi beban bagi masyarakat dan para petani itu sendiri. Adapun tahun ini, jika kondisi bagus, produksi beras diharapkan mencapai 66 juta ton atau pun turun dari target awal sebesar 68 juta ton.
Sumber : www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar